Smiley Pendidikan Anak Sekolah Dasar: Dongeng Anak-Anak

Jumat, 18 Januari 2013

Dongeng Anak-Anak


Pada jaman dahulu ada seekor kura-kura, manusia, dan hewan lainnya. Mereka saling berbagi dan hidup rukun di dalam hutan yang sejuk. Suatu sore, pada waktu si kancil berjalan sendiri, tiba tiba ada seekor kuda yang berlari sangat kencang mendahuluinya, sambil berteriak,
“Kancil jelek! Tidak bisa berlari!”
“Hai kuda jangan sombong, aku bisa berlari cepat kok.”
“Ah bohong, kalau berani ayo lawan aku lomba lari cepat. Seratus meter.”
dan kancil pun setuju. Mereka sepakat untuk bertanding di sini esok hari. Lalu mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Kuda langsung tidur, ia malas berlatih. Sedangkan kancil langsung berlatih secukupnya supaya besok pagi ia bisa memenangkan pertandingan. Esok harinya, mereka pun berkumpul di tempat yang telah disepakati. Teman-teman kuda dan kancil ikut datang juga.
Tepat pukul sembilan pagi perrtandingan dimulai. kuda langsung melesat meninggalkan si kancil. Teman-teman kancil berteriak memberi semangat pada kancil, sehingga ia terus berusaha berlari mengejar kuda yang sudah jauh di depan. Akhirnya si kancil bisa mendahului kuda yang berhenti karena kecapekan lalu tertidur di bawah pohon apel. Akhirnya si kancil pun memenangkan lomba lari. Kuda yang sombong itu meminta maaf pada si kancil dan semua teman-temannya, dan semua hewan di hutan akhirnya hidup rukun dan damai.
>> >TAMAT<<<

Semut dan Gajah

Tersebutlah, di sebuah negeri antah berantah. Kekuatan gajah sangat dominan dalam mengusai sebagian wilayah pasokan makanan bagi kehidupan binatang. Para gajah yang menguasai wilayah pasangan itu tidak ada lawan tanding yang seimbang. Bahkan harimau dan singa yang dijuluki sebagai raja hutan atau raja rimba sekalipun tidak berani memangsa dan mengganggunya. Kondisi inilah yang membuat para gajah begitu angkuh, sehingga mereka telah menganggap dirinya sebagai raja dari segala raja yang ada hutan.
“Hwa ha ha ha!” demikian tawa gajah yang menyombongkan dirinya, saat mengukur diri betapa golongannya jauh lebih kuat dari binatang rimba lainnya.
Tidak ada yang ditakutinya meski mereka memiliki taring besar seperti Harimau dan Singa sekalipun. Karena keduanya pastilah menghindar bila telah berpapasan dengan para Gajah yang dengan angkuh menghentak-hentak kaki ke bumi dan melambai-lambaikan belalainya seakan ingin merobohkan semua yang menghalangi perjalanannya.
****
Sementara itu semut kecil terinjak. Berhamburan menyelamatkan diri masing masing. Kawanan gajah tak perduli dengan apa yang ada di bawahnya. Mereka terus berjalan menuju tujuannya yang semula. Tak sedikitpun merasa bersalah akan apa yang telah terjadi saat itu.
Senyap tak bersuara. Hening tiada arti. Semut kecil yang berteriak diantara para gajah yang bergerombol. Meski teriak memekik makhluk kecil itu tetap tak akan terdengar. Karena dia berada dalam kekecilan yang pasti. Sementara dunia luas tetap saja enggan menoleh dan mencari dimana suara yang samar itu berawal.
Semut-semut kecil yang sedang ramai berkerja itu kini berkerumun kembali. Menyaksikan saudaranya yang terkapar. Kesedihan diantara mereka kini begitu mendalam. Karena kematian itu begitu mendadak. Tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Koloni itu kini kembali berhamburan. Saat rombongan gajah yang lain melintas. Dengan keangkuhan dan keganasan mereka. Beruntunglah kali ini tidak begitu banyak korban seperti sebelumnya. Karena koloni semut itu sedang tidak bekerja. Mereka memang sedang menyaksikan keluarga dan teman mereka yang tadi terinjak oleh rombongan gajah yang pertama.
Setelah keadaan sepi. Mereka yang bersembunyi di balik pepohonan itu kembali berkumpul. Dengan segara sang pemimpin pasukan pekerja koloni itu memutuskan untuk membawa para korban ke istananya. Istana yang berupa sarang didalam tanah.
****
Upacara sakral kini berlangsung. Para tokoh di kerajan semut berkumpul. Mereka melakukan ritual penghormatan terakhir. Terhadap saudara mereka sesama koloni yang menjadi korban. Mereka melakukan upacara itu dengan iringan doa dari semuanya. Supaya yang telah tiada itu mendapatkan posisi terbaik di sisiNya. Yang maha menguasai dari seluruh kekuasaan.
Upacara di tutup dengan isak tangis dan keresahan yang dirasakan seluruh koloni. Karena esok lusa bisa saja Keangkuhan dan kesombongan para gajah itu kembali terjadi. Karena mereka mendengar kata-kata terakhir dari gajah yang berlalu dengan ganasnya itu.
“siapapun kalian. Karna tidak menyingkir dari jalan kami. Maka terimalah akibatnya”
Begitulah kata-kata Gajah itu sambil berlalu. Tanpa melihat berapa banyak korban yang telah tiada. Para Gajah itu memang tidak takut dengan apapun dan siapapun.
Tiba-tiba dari paling belakang kerumunan ada yang berteriak.
“Ini tidak bisa di biarkan. Mereka terlalu sombong. Mereka terlalu angkuh hingga kematian saudara kita tidak dihiraukan. Bahkan mereka tidak menyadari semuanya”
“Betul saudara-saudara. Ini semua sudah keterlaluan” dari tengah kerumunan. dengan badan tinggi besar itu bersuara.
“Tapi bagaimana caranya? Sedangkan singa saja tidak berani mengganggu gajah. Pada siapa lagi kita akan meminta bantuan?” dari dekat altar istana, suara itu terdengar.
Setelah itu, kerumunan itu berubah menjadi suara-suara yang gaduh. Semua membicarakan tentang keangkuhan dan kekejaman gajah. Mereka merasakan sangat tertekan dan merasa sangat disakiti. Tiba tiba sang raja semut berdiri di atas altar. Seketika itupun suara-suara mereka berhenti. Mereka semua menunduk pertanda menghormat kepada sang raja.
“Rakyatku!. Kita semua memang sedang berada dalam posisi yang sangat sulit. Dan sebelum kita mengambil tindakan apapun. Kita tetap akan menyamakan dulu tujuan dan cara kita. Dan kita sebagai kaum yang sangat solid di dunia ini. jangan sampai terpecah belah. Kita harus tetap menjaga keutuhan kebersamaan kita. Oleh sebab itu sekarang juga aku dan seluruh perwakilan dari koloni smut akan mengadakan rapat. Jika sudah mencapai kesepakatan maka akan segera di beritahukan.”
Setelah itu Raja kemudian memasuki istana kembali. Untuk melakukan rapat mendadak itu. Dan rakyat kini tidak terlalu gaduh. Mereka menikmati hidangan dari kerajaan. Sebagaiamana biasanya. Karena kerajaan semut selalu memberi makan seluruh rakyatnya. Tanpa terkecuali dan tanpa di pilih-pilih. Sang raja sendiri tidak pernah melarang rakyatnya untuk menggunakan fasilitas kerajaan. Karena semua adalah hasil kerja rakyatnya.
Namun demikian, rakyat tidak pernah ada yang bersikap tidak sopan. Rakyat biasanya hanya menggunakan fasilitas seperlunya. Dan rakyat sangat menghormati dan segan kepada rajanya. Bahkan untuk duduk bersanding dengan sang raja saja tidak ada yang berani. Walaupun raja dan tidak pernah melarangnya. Demikia itu adalah rasa hormat rakyatnya, karena raja sangat menyayangi dan memperhatikan seluruh rakyatnya.
Beberapa jam berlalu. Rakyat kini kembali berdiri. Sang raja telah kembali berada di altar yang bisa digunakan untuk memberikan pemberitahuan pada rakyatnya.
“Rakyatku!..Kita sudah mendapatkan cara untuk memberikan pelajaran pada kawanan gajah….”
Raja terus memberikan cara-cara untuk melakukan peringatan keras pada kawanan Gajah. Beberapa pertanyaan di jawab raja dan para penasehat dengan sangat jelas. Dan pada saat itu juga, setelah semua jelas dan tidak ada yang ditanyakan, Semut sebagai kaum pekerja itu segera berangkat menuju kawanan gajah. Semut memang terbiasa bekerja dan berjalan di malam hari. Keseharian mereka memang tidak terlihat letih untuk bekerja. Siang dan malam.
Pagi menjelang. Ditengah keheningan hutan yang mulai beranjak terang. Tiba-tiba kegaduhan terdengar. Raja gajah yang tinggi besar itu mengamuk. Pohon besar yang ada diatara kawanan gajah ditabrak hingga bergetar. Raja gajah itu tersungkur kesakitan.
Gajah yang lain mulai berkerumun. Menyaksikan rajanya yang tergelatek kesakitan karena menabrak pohon besar. Dan tanpa diduga semuanya, raja kemudian bangkit dan kembali mengamuk. Gajah gajah lain tertabrak. Beberapa diantaranya langsung terjatuh.
“ampuuun!…sakiit…Ampuuun!” Raja gajah itu terdengar berteriak sambil berlari memutar. Pohon dan rerumputan kecil terlindas.
Dan raja gajah itu menabrak batu yang besar. Dia kembali tersungkur. Kepalanya terluka karena terbentur batu yang keras itu. Setelah terlihat tidak bisa berdiri lagi. Kawanan gajah berkumpul mengelilingi rajanya.
“Ada apa rajaku? Siapa yang telah lancang menyakiti kawanan gajah, akan kita hancurkan. Raja siapa yang berani menyakiti itu?” Putra Raja gajah bertanya sambil mengusap kepala raja gajah dengan belalainya.
Raja gajah tidak segera menjawab. Dia telihat tersenggal-senggal bernafas. Karena lelah berlarian. Matanya terlihat meringis menahan sakit karena tekena benturan dengan pohon dan batu besar. Kemudian dia berkata.
“Yang menyakitiku adalah semut”
Mendengar perkataan itu. Spontan semua kawanan saling berpandangan. Beberapa diantaranya ada yang cekikikan menahan tawa. Dan ketika Putra raja tertawa. Semua kawanan mulai tertawa terbahak. Bahkan ada diantaranya yang langsung berguling-guling karna tidak tahan menahan tawa.
Dalam sekejap Raja gajah memaksakan dirinya untuk berdiri. Dan dengan bantuan putra dan beberapa pengawal raja. Kini raja telah berdiri tegap. Semua gajah langsung berhenti tertawa. Meskipun diantaranya masih ada yang menutup mulut mereka dengan belalainya. Karena masih ingin tertawa. Gajah yang tertawa sambil berguling-guling langsung berdiri tegap dengan wajah pucat karena raja melihatnya dengan pandangan yang marah.
“Kalian semua dengarlah! Aku tidak main main kali ini. Para semut memang bisa menyakiti kita dengan sangat kejam” Raja berkata dengan keseriusan dan wajah yang meringis menahan sakit.
“Raja! Mereka begitu kecil. Jadi, bagaimana mungkin mereka bisa menyakiti kita?” Tanya gajah yang paling depan diantara kerumunan itu. Dia berada tepat di hadapan Raja gajah yang masih terlihat meringis sambil mengibas-ngibaskan daun telinganya yang lebar.
“Kita harus membalasnya! Kita bisa menghancurkan sarang dan seluruh penghuni di dalamnya raja. Kenapa kita tidak cepat bertindak?” gajah yang berada di samping Raja berkata sambil menghentakkan kakinya. Dia marah sekali kepada semut. Kemudian gajah yang lain mengangnguk sambil bergumam “ya! Kita harus membalasnya”.
Suasana menjadi gaduh karna obrolan para gajah yang merasa kesal dengan tingkah semut itu. Hingga obrolan mereka terhenti karena raja gajah berkata stengah teriak.
“Jangan ceroboh. Sebelum semut-semut itu menyakitiku tadi pagi. Raja semut telah memperingatkan. Dan kalian harus tau mereka kini berada dalam telingaku. Dan telinga kalian semua telah berisi semut yang sejak malam telah bergerak memasuki telinga kita. Dan malam nanti secara serempak mereka akan menyakiti kita semua. Menyiksa kita karena kita telah melukai mereka kemarin siang. Ini adalah pembalasan mereka”
Mendengar perkataan raja tersebut. Para gajah langsung panik. Mereka terlihat sibuk saling melihat telinga temannya yang ada di samping mereka. Dan ternyata benar semua telinga mereka telah di isi semut dari berbagai jenis.
“Raja! Bagaimana kita bisa mengeluarkan mereka dari telinga kami?” Tanya gajah yang ada di hadapan raja dengan panik.
“Tidak ada. Karna yang aku tau, semut sangat gigih dan kuat. Bahkan mereka lebih baik mati daripada melepaskan gigitannya. Itulah yang aku tau dari dulu. Semut itu memiliki kekuatan dan keteguhan di hati yang sangat tangguh”
“Jadi apa yang bisa kita lakukan?”
“sebelum mereka menyakitiku. Mereka juga telah mengatakan bahwa keinginan mereka adalah saling menghargai dan peduli terhadap sesama penghuni hutan. Dan ancaman itu tidak aku tanggapi hingga mereka menyakitiku. Awalnya aku juga tertawa, karna kekuatan kita memang jauh dibanding mereka. Karna kita lebih kuat dari mereka. Tapi semuanya itu salah, meskipun kita kuat, ternyata kekuatan itu tidak selamanya bisa membuat kita terlindungi. Bahkan kita bisa disakiti oleh kekuatan kecil dari semut-semut itu”
Mendengar perkataan raja. Semua gajah langsung tertunduk. Mereka menyadari bahwa tidak ada yang bisa dilakukan. Mereka ternyata bisa dikalahkan oleh kekuatan semut yang sangat kecil itu. Melihat semua terdiam, kemudian raja mulai berbicara lagi.
“Saat ini yang bisa kita lakukah adalah mencoba memahami diri kita sendiri. Bahwa kita memang selama ini telah begitu angkuh dan terlalu sombong dengan kekuatan kita. Singa sang raja hutan saja memang tidak pernah berani menggangu kawanan kita. Tapi hari ini. kita telah dikalahkan oleh kekuatan semut. Ini memang memalukan. Tapi kita tidak akan mendapatkan perlakuan ini jika kita menghargai kekuatan kecil mereka sejak dulu…”
Tiba-tiba Raja terdiam. Dia seolah mendengatkan sesuatu. Dan dengan gerakannya sang raja menyuruh semua kawanan untuk diam. Raja mengernyitkan dahinya, dia terlihat sangat konsentrasi. Beberapa saat itu dilakukan Raja. Dan sepertinya raja sedang mendengarkan kata-kata dari raja semut yang ada di telinganya. Dan kemudian Raja mengeluarkan suara suara yang tidak bisa dipahami oleh gajah yang lainnya. Para gajah hanya diam dia melihat rajanya yang mengeluarkan suara aneh itu. Setelah itu kemudian raja berhenti dan dia mulai berbicara seperti biasa lagi.
“Rakyatku. Bersiaplah! Tadi adalah bahasa isyarat untuk para semut yang ada di lubang telinga kalian. Dan sekarang mereka akan keluar dari telinga kalian semua. Mereka memang tidak ingin menyakiti kita. Mereka hanya ingin menyadarkan bahwa tidak ada yang paling kuat sehingga melupakan mahluk yang lainnya”
Mendengar perkataan raja. Para gajah terdiam. Mereka kini merasakan dari telinga mereka kelar semut-semut kecil yang berbondong bondong. Pera gajah melihat semut keluar di telinga kewannya satu persatu. Barisan panjang itu kemudian terlihat berjalan menuju ke sbelah.
Setelah kejadian tersebut. Para kawanan gajah tidak pernah lagi merasa dirinya paling kuat. Sehingga dia tidak pernah menyepelekan kekuatan kekuatan kecil seperti semut dan binatang yang lainnya. Karna memang mereka menyadari. Tidak ada kekuatan yang paling sempurna. Kekuatan besar itu pasti aka nada yang mengalahkan. Bahkan kekuatan mereka yang besar pun bisa dikalahkan oleh kekuatan kebersamaan koloni semut. Sejak itu mereka hidup berdampingan dan tidak pernah saling mengganggu.

Seekor Musang dan Kura-Kura

Seekor Musang kebetulan sedang berkeliaran di dekat sebuah  sungai di hutan. Sambil mencari makan  dan  bermain-main sendirian. Tiba-tiba ia melihat seekor kura-kura, yang sedang berusaha melewati sebuah sungai kecil. Melihat kura-kura tersebut, diapun tertawa melihat cara  berjalannya yang sangat pelan. Kemudian diapun mengejek si kura-kura, “hayo cepat melangkah hai kura-kura, engkau telah berlatih bertahun-tahun namun tetap saja lamban, apakah engkau tidak merasa bosan dengan kehidupan mu itu? Aku dapat berlari melampaui mu, dan bolak-balik  menyeberangi sungai ini beberapa kali sebelum engkau berhasil menyelesaikan usahamu menyeberangi sungai ini,” kata musang dengan nada sombong.
Karena tidak mendapat tanggapan dari kura-kura. Musangpun bermain-main seorang diri, dan  berusaha mencari ikan di tepi sungai kecil tersebut, sambil sesekali memperhatian kura-kura.  Setalah beberapa saat, musang  kembali mengolok-ngolok kura-kura. “Hai kura-kura, apakah engkau mendengar ucapanku tadi?  Apa karena kakimu pendek menyebabkan telingamu juga tertutup dan sulit untuk mendengar ucapanku?” Karena jengkel, mendengar ejekan si musang, kura-kurapun  menoleh kerah si musang dan berkata, “Jangan sombong kamu musang! kalau engkau berani, mari kita bertaruh untuk menyebrangi sungai ini melalui sebatang kayu diseberang sana.”  Tentu saja, tantangan ini bukan saja memancing gelak tawa musang namun juga beberapa hewan lain yang kebetulan berada disekitar sungai itu.
Karena merasa tantangannya tidak digubris si musang. Sekali lagi kura-kura itu berteriak, “Hai kamu musang,  aku serius dengan tantangaku, kenapa engkau hanya diam saja? Apakah engkau takut berlomba denganku?” Terdengar dari jauh, suara hewan lain tertawa sambil berkata, “Ayo musang, kenapa kamu takut dengan tantangan itu?”.  Mendengar gelak tawa beberapa hewan itu, musang pun berkata,  “Baiklah kura-kura, aku  setuju! Anggap saja engkau tidak waras mengajakku berlomba, karena tidak mungkin seekor kura-kura dapat memenangkan perlombaan ini melawan musang. Oleh karena itu aku berikan kesempatan engkau berjalan terlebih dahulu melalui sebatang kayu tersebut.”
Karena menganggap enteng dan merasa tantangan itu tidak masuk akal.  Diapun bermalas-malasan dibawah sebuah pohon, untuk mengeringkan badannya karena sehabis mencari  ikan,  sambil mengamati kura-kura itu melangkah. Beberapa menit kemudian, karena merasa kura-kura belum juga menyelesaikan separuh dari perjalannya melewati sungai tersebut, ia pun kembali berkata,  “aku kasihan melihat engkau melangkah hai kura-kura, oleh karena itu aku memberikan kesempatan kepadamu  beberapa menit lagi untuk mendekati seberang sungai ini, karena aku hanya memerlukan waktu semenit saja untuk mendahuluimu.” Setelah berkata, musang itu kembali bermalas-malasan di bawah pohon. Tanpa disadarinya, ia pun tertidur.
Semua hewan mengetahui hal itu, namun membiarkan kura-kura tetap melangkah perlahan-lahan.  Terlihat beberapa hewan mendekatinya dan berkata sambil berbisik, “Hai kura-kura cepatlah engkau melangkah, kebetulan si musang sedang tertidur. Apabila engkau dapat memenangkan perlombaan ini, kami semua akan menjadi sahabat setiamu.” Medengar hal itu, kura-kurapun menjadi semangat dan berusaha mempercepat langkahnya.  Tanpa disadari si musang, kura-kura sudah hampir menyelesaikan perlombaan, tinggal beberapa langkah lagi.
Hari mulai terasa gelap, dan langit mulai mendung. Rintik  hujanpun mulai terdengar dan membasai pepohonan. Karena merasa tubuhnya basah, musangpun terbangun dari tidurnya. Tanpa disadarinya kura-kura tinggal menyelesaikan beberapa langkah lagi untuk memenangkan perlombaan. Tanpa pikir panjang, diapun langsung berlari menyusuri sebatang pohon itu. Namun karena masih dalam keadaan mengantuk, diapun tergelincir dan masuk ke dalam sungai.  Tentu saja, keadaan itu sangat menguntungkan kura-kura.
Akhirnya kura-kura menyelesaikan perlombaan itu, mengalahkan si musang yang tertinggal dibelakangnya, karena harus berenang di derasnya arus sungai itu. Semua hewan pun bersorak sorai,  dan tentu saja si musang menjadi malu karena tingkah laku dan kesombonganya.
Dari cerita di atas, kita diingatkan untuk tidak mencontohi orang sombong yang biasanya menganggap remeh orang lain yang menurut mereka lebih kecil, baik secara fisik maupun.

Serigala dan Kambing

Ditengah hutan yang jauh di pedalaman, terdapat sebuah desa yang berpenduduk hanya 10 keluarga. Kehidupan sehari-hari warga desa tersebut, selain berladang juga berternak kambing dan ayam. Karena letaknya desa di tengah-tengah hutan belantara, terkadang mereka sering di ganggu berbagai hewan buas. Walaupun begitu, mereka telah terbiasa dengan kehidupan seperti itu. Pasrah dan tetap menjalani hidupnya  sehari-hari.
Pada musim kemarau yang panjang. Kawanan kambing harus digiring ke lembah yang cukup jauh untuk mendapatkan rerumputan sebagai makanannya. Para gembala biasanya membiarkan kambing-kambing mereka mencari rerumputan sendiri setelah menemukan tempat yang sesuai. Pada suatu ketika di musim yang sama, terlihat beberapa  serigala mendekati lembah tersebut. Kebetulan saja, pada saat itu kawanan kambing berada pada dataran yang lebih tinggi di sekitar lembah. Melihat keadaan tersebut, serigala tidak dapat menjangkaunya karena apabila mereka mendekati kawanan kambing , mereka  pasti akan dihalau oleh para gembala yang sudah terlatih untuk menghadapi hewan buas.

Walaupun keadaan cukup sulit bagi serigala-serigala tersebut, mereka tidak kehabisan akal.  Mereka mencoba  untuk mendekati kawanan kambing dan berusaha menggodanya.
Ketika seekor serigala melihat seekor kambing, ia berusaha mendekatinya  sambil berkata, “Hai  kambing, ayo ke sini, rumput di sini lebih hijau dan lebih segar untuk makanan kamu. Undang juga teman-teman kamu, agar mereka juga dapat menikmatinya!”
Mendengar teriakan serigala, kambing tersebut pun berlari menuju kawanananya dan menyampaikan berita tersebut.  Karena masih muda dan belum berpengalaman, kambing muda tersebut memaksa teman-temannya yang lain untuk ikut bersamanya menuruni lembah dan mengikuti saran dari serigala tadi.
Beberapa kambing muda dari kawanan tersebut ikut tergoda dengan ajakan tersebut.   Namun  sebelum mereka berangkat, untung saja datang seekor induk kambing sambil berkata, “Anak-anakku, biarlah saya yang akan menjawab ajakan para serigala itu, kalian di sini saja. Saya akan segera kembali memberikan kabar untuk kalian.”
Namun induk kambing diprotes oleh kawanan kambing yang masih muda, “Kenapa tidak mengajak kami saja bersama anda, apakah anda ingin menikmati rerumputan yang segar seorang diri tanpa memperdulikan kebutuhan kami?“
Dengan bijak induk kambing tersebut menjelaskan alasan mengapa mereka harus menunggu. “Anak-anakku, karena kalian masih muda dan belum pernah bertemu dengan hewan buas di hutan ini, hewan buas tersebut salah satunya adalah serigala yang mengajak kalian tadi. Dia bermaksud mengelabui  kalian, apabila kalian menuruni lembah ini, kalian akan disantap olehnya.”
Kawanan domba mudapun memahami, namun mereka melarangnya pergi sendirian atau lebih baik mengurungkan niat menemui serigala-serigala itu. Kata induk kambing, “Saya tahu cara menghadapi mereka, saya akan tunjukkan bahwa kita bukanlah kawanan kambing yang bodoh, kalian tunggu saja di sini, saya akan kembali dengan selamat.”
Setelah menjelaskan, induk kambing pun menuju tempat yang diberitahu oleh kambing muda tadi. Sambil berhati-hati melangkah dan melihat keadaan sekelilingnya, dia pun tiba di tempat yang dimaksud. Dan ternyata memang benar,  disana terlihat beberapa serigala sedang bermalas-malasan sambil menunggu kesempatan memperdayai kawanan kambing.
Melihat induk kambing dengan tubuh yang cukup besar, seekor serigala menjadi tergiur dan kembali mencoba menggodanya. “Hai kambing yang lapar, badanmu besar, pasti membutukan rerumputan yang banyak. Ayo ke sini, ada rerumputan segar dan banyak untuk kebutuhan kamu.”
Mendengar ajakan serigala tersebut, induk kambing pun menjawab, “Terima kasih,  rumput di bawah sana mungkin akan jauh lebih baik. Tapi kalau aku turun kalian akan mendapatkan makanan yang  lebih baik, dan menjadi kesukaan kalian. Jadi saya lebih suka di sini, di tempat dimana kalian tidak dapat menganggu saya dan kawanan kambing yang lain, setidaknya kami cukup aman walau rerumputan yang ada tidak sebaik yang kalian katakan.“ Setelah menjawab para serigala itu, induk kambingpun segera kembali berkumpul dengan kawanan kambing yang lain. Dan menceritakan apa yang dia lakukan, sambil mengajak mereka semua kembali dan menemui para gembala.
Cerita di atas ini ingin mengajarkan kepada kita agar selalu belajar dari pengalaman orang yang lebih tua. Dan janganlah membiarkan orang lain memperdayai kita karena kepolosan dan kurangnya pengetahuan yang kita miliki.  Belajarlah mempertimbangkan segala kesempatan dengan bijaksana.





3 komentar: